Selasa, 15 Desember 2015

POHON walnut dan poplar putih

Diposting oleh annhee pitunggal di 16.24
Kemudian dia akan membaringkan tubuhnya pada tumpukan jerami kering, kepalanya disandarkan pada kedua tangannya, tertidur, mendesah, dan berharap seluruh kehdiupannya akan menjadi tidur panjang yang nyaman, yang tak terusik oleh mimpi-mimpi dan tak pernah terhenti oleh kegelisahan.

Kita memang melebihi semua penduduk desa dalam hal kekayaan, tetapi mereka lebh mulia dibandingkan kita dalam hal jiwa; kita menabur banyak benih tapi tidak pernah memanennya, sedangkan mereka memanen apa saja dari benih yang mereka taburkan. Kita adalah budak-budak dari ambisi kita sendiri, sementara mereka adalah anak-anak dari kebahagiaan. Kita meminum obat mujarab kehiudpa yang bercampur dengan kehidupan yang pahit, keputusasaan, ketakutan dan kebosanan, sedangkan mereka meminum segala kemurnian.
Arta mencapai usia enam belas tahun dan jiwanya menjadi seperti kaca bersinar gemerlap yang mencerminkan keutamaan dari ladang-ladang yang terbukan, sementara hatinya mirip dengan ruangan kosong didalam ngarai yang menghasilkan suara gema dari segala suara. Pada musim gugur yang menggemakan desahan suara alam, dia duduk dekat telaga yang telah terbebas dari penjara bumi, seperti pemikiran-pemikiran yang berusaha tetap bebas dari imajinasi penyair.
Dia memikirkan daun-daun warna kekuningan yang bergoyang-goyang dipohon-pohon, bagaimana angin bermain-main bersama dedaunan itu, seperti bagaimana kematian bermain-main bersama dengan jiwa-jiwa manusia.



Kota kematian
Kemarin aku menghindar dari bising kota dan pergi berjalan melintasi padang-padang yang sunyi. Aku tiba disebuah bukit yang tinggi tempat alam mengenakan pakaian terpilihnya. Aku berhenti yang terhampar dihadapanku adalah kota, gedung pencakar langit, dan istana-istana yan gmegah, yang diselimuti segumpal awan dari asap pabrik.
Aku mencoba melupakan dalam hatiku aa yang telah diperbuat putra-putra adam. Kupalingkan pandanganku kearah dataran, singgasana kemahamuliaan Tuhan. Daidalam kabutnya aku melihat pekuburan, kuburan-kuburan pualam dikelilingi oleh pepohonan cypres.
Disana, diantara kota kehidupan dan ota kematian, aku duduk termenung. Aku merenungi pergulatan tak berkesudahan dan pergolakan tak ber keputusan dari sesuatu dan dari ketenangan yang melingkupi dan tidur abadi. Pada satu jurusan harapan dan putus asa, cinta dan benci, kekayaan dan kemiskinan, keyakinan dan keingkaran; pada yang lain debu berubah menjadi debu sampai ia mengejawantah sebagai tanaman dan hewan, digenapi oleh keheningan malam.

Tentang tanah Zzaad
Diatas jalanan menuju Zaad, seorang pengembara bertemu dengan seorang laki-laki yang hidup didusun terdekat, dan pengembara itu menunjuk pada tanah yang luas, menanyai laki-laki itu, “Apakah itu tempat pertempuran Raja Ahlam dalam mengalahkan musuh-musuhnya?”
Laki-laki itu menjawab, dan berkata, “Belum pernah ada pertempuran disana. Disana pernah berdiri kota besar Zaad, dan dibakar hancur menjadi abu. Tapi sekarang menjadi tanah subur, iya kan?”
Dan keduanya berpisah.
Belum jauh berjalan, pengembara itu bertemu dengan laki-laki lain, dan menunjuk pada tanah itu lagi, ia berkata, “Jadi, disanakah kota besar Zaad pernah berdiri?”
Laki-laki itu berkata, “Tidak pernah ada kota ditempat itu. Tapi pernah ada biara disana, dan dihancurkan oleh orang-orang dari Negeri Selatan.”
Sesaat setelah itu, diatas jalan itu juga, pengembara bertemu dengan laki-laki ketiga, menunjuk lagi pada tanah luas itu, “Benarkah disana pernah berdiri biara yang besar?”
Dan laki-laki itu menjawab, “Tidak pernah ada biara disekitar sini, tapi ayahku dan kakekku menceritakan pada kami bahwa pernah ada meteor besar jatuh diatas tanah itu.”
Kemudian pengembara itu terus berjalan, bertanya-tanya dalam hati. Akhirnya dia bertemu dengan seorang laki-laki sangat tua, dan menyalaminya sambil berkata, “Tuan, diatas jalan ini aku bertemu tiga orang laki-laki yang hidup bertetangga dan aku telah menanyakan setiap dari mereka tidak mengakui apa yang dikatakan yang lain dan setiap dari mereka menceritakan kisah baru yang belum pernah diceritakan oleh yang lain.”
Laki-laki tua itu mengangkat wajahnya dan menjawab, “Sahabatku, mereka semua menceritakan kepadamu kejadian yang sesungguhnya; tapi sedikit dari kita dapat menambahkan satu fakta pada fakta yang berbeda dan mengambil kebenaran darinya.”

Kota Sharia yg elok

Iram, kota tiang tinggi
Lokasi sbuah hutn kcil yg dtumbuhi pohon2 walnut pohon delima dan pohon populir. Didalam hutan ini berdiri sebuah rumah tua sunyi yang bersih diantara sungai orangtes (nahr el-asi) dan lembah hermil.


Nasehat jiwaku pada diriku sendiri
Jiwaku mengajar dan mendidikku untuk mencintai apa yang orang lain benci dan menjadi teman bagi siapa saja yang dicaci maki. Jiwaku menunjukkan pada diriku bahwa cinta juga merasa bangga terhadap dirinya, bukan hanya kepada orang yang dicintainya. Lebih dari itu juga kepada orang yang mencintainya. Sebelum jiwaku mengajariku, cinta dihatiku seperti benang tipis yang terikat pada dua pasak. Tetapi kini cinta telah menjadi sebuah lingkaran keramat yang permulaannya adalah akhir, dan akhirnya adalah awal. Cinta itu mengelilingi setiap makhluk dan perlahan-lahan berkelana kemana-mana memeluk siapa saja yang dapat direngkuhnya.
Jiwaku menasehati dan mengajariku untuk mengerti keindahan kulit, sosok dan warna warni yang tersembunyi, ia memintaku untuk merenungkan apa yang diaanggap orang lain lucu, juga merenungkan pesona  dan kesenangan yang sebenarnya.
Sebelum jiwaku memberi anjuran padaku, aku melihat keindahan seperti sebuah sinar lampu yang bergetar diantara kepulan asap. Setelah asap itu lenyap, aku melihat kekosongan, hanya lidah api yang nampak. Jiwaku mengajari dan mendidikku untuk mendengarkan suara-suara yang tidak terucap oleh lidah, taring, dan bibir.
Sebelum jiwaku mengajariku, aku mendengar kekosongan, tetapi tiba-tiba ada teriakan dan lengkingan. Sekarang aku tak sabar untk menemui kesunyian dan mendengar paduan suara yang menyanyikan lagu kehidupan, cakrawala yang keluar dan rahasia yang tak nampak.
Jiwaku mengajari dan memintaku untuk meminum anggur yang tidak dapat diambil dan dituang dari ceret yang dapat diangkat tangan dan disentuh bibir. Sebelum jiwaku mengajariku, dahagaku laiknya lentik api yang hampir padam tertutup abu, namun abu yang dapat dibersihkan dengan seteguk air.
Namun sekarang keinginan telah menjadi cangkirku, kesayanganku, anggurku, kesepianku, kemabukanku sendiri. Didalam dahaga yang tak tertuntaskan terdapat kegembiraan yang abadi.
Jiwaku mengajari dan mendidikku untuk menyentuh apa saja yang tidak menjelma. Jiwaku membukakan mataku bahwa apa saja yang kita sentuh adalah bagian nafsu kita.
Namun saat ini jari-jariku telah menyentuh kabut menembus apa yang nampak dialam dan bercampur dengan apa yang tidak nampak. Jiwaku memintaku menghirup bau harum tanpa wewangian kemenyan. Sebelum jiwaku mengajariku, aku sangat membutuhkan parfum ditaman, dibotol, atau dipedupaan.
Tatapi aku dapat menikmati bau dupa bakar untuk pemujaan atau upacara kurban. Dan ku isi hatiku dengan wewangian yang tidak pernah dihembuskan oleh angin segar. Jiwaku mengajari dan mendidikku untuk berkata “aku telah siap” ketika makhluk tak dikenal dan mengerikan memanggilku. Sebelum jiwaku mengajariku, mulutku tidak berkata-kata kecuali hanya meluapkan tangisan yang aku sadari dan tidak berjalan kecuali atas jalan yang mudah dan mulus. Sekarang makhluk yang tak dikeal itu telah menjadi seekor kuda yang dapat kunaiki untuk mencapai Tuhan, dan daratan telah menjadi tangga dimana aku memanjatnya untuk meraih puncak. Jiwaku berbicara padaku ‘jangan mengukur waktu dengan mengatakan yang ada hanyalah kemarin dan esok’. Dan sebelum jiwaku berkata padaku, aku membayangkan waktu yang lalu seperti epos yang tidak pernah berulang, sedangkan masa depan adalah epos yang tidak dapat digapai.
Sekarang aku menyadari bahwa saat sekarang mengandung semua waktu dan didalmnya semua harapan dapat disandarkan, dengan cara bekerja keras guana mewujudkannya.
Jiwaku mengajari dan mendesakku agar tidak membatasi ruang dengan mengatakan, “disini, disanan dan diseberang.” Sebelum jiwaku mengajariku, aku merasa baa dimana saja aku berjalan selalu jauh dari tempat lain. Detik ini aku menyadari bahwa dimana aku berada, aku mempunyai seluruh ruang, dan jarak yang aku tempuh adalah seluruh panjang dunia. Jiwaku meminta dan menasehatiku untuk bangun ketika orang lain tertidru. Dan supaya tidur ketika orang lain bekerja. Sebelum jiwaku mengajariku, aku tidak melihat mimpi-mimpi  mereka didalam tidurku. Mereka juga tidak mengetahui apa yang kuppikirkan.
Sejak hari ini aku tidak pernah lagi berlayar keautan mimpi, jika mereka tidak melihatku dan tidak terbangk membungmung tingging ke angkasa, serta jika mereka sudah menikmati kegembiraan danlam kebebasan. Jiwaku mengajariku, dan sapanya, “jangan terlalu gembera jika dipuji, dan jangan bersedih jika disalahkan” sebelm jiwaku memberiku nasehat, aku meragukan harga pekerjaanku. Kini aku menyadari bahwa pohon-pohon menguncup dimusim semi, berbuah dimusim panas tanpa berharap untuk dipuji. Daunnya rontok dimusim gugur dan tubuhnya telanjang dimusim dingin tanpa merasa takut disalahkan jiwaku mengajari dan menunjukkan padaku baha sesungguhnya aku tidak lebih dari seorang yang kerdil, bukan seorang raksasa.
Sebelum jiwaku mengajariku, aku dimata orang lain tampak seperti orang lemah yang perlu dikasihani, dan kadang-kadang seperti orang kuat yang harus dipatuhi, orang kuat yang tetap bertahan walau banyak tantangan menerpa. Tapi sekerang, aku telah belajar bahwa diriku adalah keduanya, berasal dari bahan yang sama. Asalku sama dengan asalnya juga, kesadaranku sama dengan kesadarnnya, pendirianku tidak berbeda dengan pendiriannya, dan ziarahku sejalan dengan ziarahnya pula.
Jika mereka berdosa, aku pun seorang pendosa. Jika mereka berperilaku baik, aku memujinya.  Jika mereka terbit diufuk timur, aku pun terbit bersamanya. Jika mereka malas, aku meniru kelambanannya.
Jiwaku berkata padaku, “lentera yang kamu bawa bukanlah milikmu, dan nyanyian yang kamu dendangkan  bukanlah gubahan hatimu. Bahkan kamu membawa cahaya, bukan berarti kamu adalah cahaya, dan jika akmu menjadi kecapi dengan sebenarnya, tidak lantas kamu menjadi seorang pemainnya.
Jiwaku mengajari aku dan saudar-saudaraku sangat banyak hal. Dan jiwamu telah mengajarimu sangat banyak pula. Karena akmu dan aku adalah sat, dan tidak ada bedanya dianatara kita kecuali bahwa aku dengan seungguh-sungguh menekankan bahwa apa yang ada didalam diriku, ketika kamu menjaganya, adalah sebuah rahasia yang ada dalam dirimu. Dan didalam rahasiamu itu terdapat suatu kebenaran.
Annyeonghi gyesibshio=slmt tggal
Gamsahabnida=terimakasih
Kembali=anieyo
Maaf=mianhabnida
Smpai jumpa=najung-e bwaeyo
Senangsekali=haengboghan
Hhujn=jangma
Angin=balam
Pelangi mujigae
Buln=dal
Awan gueleum
Bintang seuta
Motor=otobai
Menyatukan mukkda
Beristiraht=busuda
Menangis=ulda
Pergi=gada

Bgus=joh-eun
Bersemangat=sinnaneun
Sagwa=apel
Jeruk=olenji
Biru=palan
Putih=hayan
Annyeonghaseyo=mt afternoon

Jerman
Entschuldigung=mf



0 komentar:

Posting Komentar

 

Anik Winarsih Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea