Minggu, 13 Desember 2015

Indonesia menuju miskin

Diposting oleh annhee pitunggal di 22.38
Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar didunia. Letaknya yang berbatasan dengan perairan samudra pasifik mengakibatkan Indonesia memiliki siklus iklim yang mendukung untuk tumbuhnya ragam kekayaan, baik hayati maupun hewani, bahari maupun daratan. tak terbilang jumlahnya ragam pesona alam Indonesia.
Sayang beribu sayang, negeri yang kata orang gemah ripah loh jinawi  ini secara teratur tengah bergerak menuju liang lahatnya sendiri. Kekayaan yang dikandung darat, udara, dan airnya telah menjadikan masyarakat Indonesia ter-nina bobo-kan berkepanjangan. Dengan modal gemah ripah loh jinawi-nya bangsa Indonesia membuka pasar bagi dunia lebar-lebar, karena yakin kekayaan Indonesia tak akan pernah habis meski digali berabad-abad.
Lampu hijau dari Indonesia tersebut disambut baik oleh negara-negara asing yang ‘cukup pintar’ bermain monopoli.   Segera, dan tak menunggu lama ratusan mesin dikerahkan mengorek kandungan alam Indonesia yang bahkan terhampar dipermukaan tanah.  Lalu siapa yang diuntungkan? Rakyat Indonesiakah? Tentu BUKAN!!!


Rakyat Indonesia justru semakin dimiskinkan, terus di-nina bobo-kan. Masih saja percaya bahwa Indonesia ini kaya? Apa?? Indonesia kaya?? Iya, Indonesia kaya, tapi itu dulu, sekarang tidak lagi. Lho kok? Iya!!! Indonesia memang kaya, tapi itu dulu. Sekarang kekayaan alam yang kita banggakan, meski notabene berada di kandungan bumi Indonesia, sejatinya bukan lagi milik Indonesia.
Emas, perak, minyak, dan kekayaan alam lainnya sudah menjadi milik para investor asing yang menancapkan hegemoninya di Indonesia. Ya! Indonesia sudah tak punya apapun. Dan sayangnya, masyarakat Indonesia masih saja merasa Indonesia itu kaya. Kenyataan inilah yang semakin memperparah kondisi Indonesia.
Kendati Indonesia dinyatakan sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi terbaik kedua didunia dengan persentase 6,4%, mengalahkan Turki, Thailand, Brasil dan Malaysia yang pertumbuhan ekonominya berkisar pada angka 2-4%. Kenyataan itu tidak dipungkiri merupakan kabar yang menggembirakan. Namun perlu disadari, pertumbuhan 6,4% bagi negara sebesar Indonesia tentunya tidak mampu menjadi acuan akan kemajuan Indonesia.
Indonesia butuh banyak berbenah, perlu pula menyadarkan masyarakatnya akan ancaman kemiskinan yang sudah menganga dihadapan apabila kita kidak segera merubah dan memperbaiki kondisi yang ada.

Peran mahasiswa dalam mengawal kebangkitan ekonomi Indonesia
Lagi-lagi mahasiswa, bukan pejabat negara, bukan orang-orang tua, terlebih anak-anak. Disadari maupun tidak, mahasiswa merupakan cahaya bagi malam yang gulita. Padanya ada sinar yang siap ditebarkan untuk mengubah dunia yang gelap menjadi benderang, padanya terkandung obat penyembuh bagi negeri yang dirong-rong penyakit kronis akibat autodetoksifikasi yang direkanya.


0 komentar:

Posting Komentar

 

Anik Winarsih Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea