Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan
terbesar didunia. Letaknya yang berbatasan dengan perairan samudra pasifik
mengakibatkan Indonesia memiliki siklus iklim yang mendukung untuk tumbuhnya
ragam kekayaan, baik hayati maupun hewani, bahari maupun daratan. tak terbilang
jumlahnya ragam pesona alam Indonesia.
Sayang beribu sayang, negeri yang kata orang gemah
ripah loh jinawi ini secara teratur
tengah bergerak menuju liang lahatnya sendiri. Kekayaan yang dikandung darat,
udara, dan airnya telah menjadikan masyarakat Indonesia ter-nina bobo-kan
berkepanjangan. Dengan modal gemah ripah loh jinawi-nya bangsa Indonesia
membuka pasar bagi dunia lebar-lebar, karena yakin kekayaan Indonesia tak akan
pernah habis meski digali berabad-abad.
Lampu hijau dari Indonesia tersebut disambut
baik oleh negara-negara asing yang ‘cukup pintar’ bermain monopoli. Segera,
dan tak menunggu lama ratusan mesin dikerahkan mengorek kandungan alam
Indonesia yang bahkan terhampar dipermukaan tanah. Lalu siapa yang diuntungkan? Rakyat
Indonesiakah? Tentu BUKAN!!!
Rakyat Indonesia justru semakin dimiskinkan,
terus di-nina bobo-kan. Masih saja percaya bahwa Indonesia ini kaya?
Apa?? Indonesia kaya?? Iya, Indonesia kaya, tapi itu dulu, sekarang tidak lagi.
Lho kok? Iya!!! Indonesia memang kaya, tapi itu dulu. Sekarang kekayaan alam
yang kita banggakan, meski notabene berada di kandungan bumi Indonesia,
sejatinya bukan lagi milik Indonesia.
Emas, perak, minyak, dan kekayaan alam lainnya
sudah menjadi milik para investor asing yang menancapkan hegemoninya di
Indonesia. Ya! Indonesia sudah tak punya apapun. Dan sayangnya, masyarakat
Indonesia masih saja merasa Indonesia itu kaya. Kenyataan inilah yang semakin
memperparah kondisi Indonesia.
Kendati Indonesia dinyatakan sebagai negara
dengan pertumbuhan ekonomi terbaik kedua didunia dengan persentase 6,4%,
mengalahkan Turki, Thailand, Brasil dan Malaysia yang pertumbuhan ekonominya
berkisar pada angka 2-4%. Kenyataan itu tidak dipungkiri merupakan kabar yang
menggembirakan. Namun perlu disadari, pertumbuhan 6,4% bagi negara sebesar
Indonesia tentunya tidak mampu menjadi acuan akan kemajuan Indonesia.
Indonesia butuh banyak berbenah, perlu pula
menyadarkan masyarakatnya akan ancaman kemiskinan yang sudah menganga dihadapan
apabila kita kidak segera merubah dan memperbaiki kondisi yang ada.
Peran mahasiswa dalam mengawal kebangkitan
ekonomi Indonesia
Lagi-lagi mahasiswa, bukan pejabat negara, bukan
orang-orang tua, terlebih anak-anak. Disadari maupun tidak, mahasiswa merupakan
cahaya bagi malam yang gulita. Padanya ada sinar yang siap ditebarkan untuk
mengubah dunia yang gelap menjadi benderang, padanya terkandung obat penyembuh
bagi negeri yang dirong-rong penyakit kronis akibat autodetoksifikasi yang
direkanya.
0 komentar:
Posting Komentar